“Mau tidur denganku? Kau, punya perasaan padaku kan.”

Ucapan itu adalah sisa terakhir dari keperawanan saat masa mudaku yang datang di musim dingin.

Ketulusan dan debaran yang dimulai di musim semi namun dengan cepat menjadi dingin.

Harganya jauh lebih berat dari yang kubayangkan, dan sangat membebani diriku.

“Aku Hamil, sudah 16 minggu.”

Meskipun itu adalah konsekuensi dari pilihanku sendiri.

Enam tahun kemudian, orang itu tiba-tiba muncul lagi.
Setiap saat rasanya seperti berjalan di atas es tipis karena takut dia tahu tentang anak yang kulahirkan secara diam-diam.

Tapi tidak perduli seberapa keras aku mendorongnya menjauh, dia yang tidak mengetahui apapun, dia yang terus datang meski sudah berkali-kali kuusir.

Sambil mengajukan tawaran yang tidak masuk akal, dia terus berputar di sekelilingku……
Demi melindungi anakku, aku tidak bisa membuka hatiku lagi untuknya.